Senin, 15 Januari 2018

LAPORAN SEMI SOLID SALEP GENTAMISIN

LAPORAN TEKNIK LIQUID & SEMISOLID
“SALEP GENTAMISIN”



Dosen Pengampu:
Devi Ratnasari M.Farm , Apt

Kelompok 2
Anggota :
Andres Setiawan                        15010007
    Cia Harki                          15010015
    Devi Safitri                       15010024
    Eva Sundari                     15010039
    Fitria Nurul Arifin          15010047
    Meiditya Putri                 15010078
    Nico Satria Salim            15010086
    Nopita Ekawati                15010087
    Silvia Quraeni                 15010113
    Tri Wulandari                15010128

Program S1 Farmasi
Reguler Khusus (B)

Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Tinjauan Bentuk Sediaan
1.1.1        PengertianSalep
            Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar. Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.  Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).

1.1.2        Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon
  • sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
  • Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
  • Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air.
1.1.3        Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
1.1.4        Fungsi salep adalah :
a)      Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b)      Sebagai bahan pelumas pada kulit
c)      Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).

1.1.5        Persyaratan salep menurut FI ed III
a.       Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b.      Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c.       Dasar salep yang cocok.
d.      Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
e.       Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).

1.1.6        Kualitas dasar salep meliputi:
a)      Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b)      Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c)      Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d)     Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e)      Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005).

            1.1.7 PembagianSalep
            Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya dan formularium nasional antara lain:  
a)        Menurut konsistensi, salep di bagi  :
2        Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan.
3        Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
4        Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
5        Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
6        Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan air mendidih).
b)        Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
ü  Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
ü  Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
ü  Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.
c)        Menurut dasar salepnya:
·         Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases): tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.
·         Dasar salep hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe o/w.

1.2  Karakteristik zat aktif(GENTAMICIN SULFATE)
Image result for Gentamicin Sulfate Structure
Gentamicin sulfate adalah garam sulfat atau campuran garamnya dari golongan antibiotik yang di hasilkan oleh pembiakan Micromonospora purpurea. Potensi setara dengan tidak kurang dari 590 µg/mg gentamicin, di hitung terhadap zat yang telah di keringkan (FI IV).
Unguentum gentamicin sulfate mengandung  gentamicin sulfat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 135,0% dari potensi yang tertera pada etiket.Gentaminicin salep adalah obat yang digunakan sebagai sediaan topikal untuk mengobati penyakit kulit akibat infeksi oleh bakteri yang peka terhadap antibiotik ini. Gentamicin sulfat termasuk antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan untuk mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan terutama oleh gram negatif. Obat ini bekerja dengan cara mengikat secara reversibel sub unit 30s dari ribosom bakteri sehingga menghambat sintesa protein, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Salep ini biasanya dipasarkan berupa bentuk garamnya yaitu, gentamicin sulfate yang setara dengan gentamicin 0,1%.


BAB II
TINJAUAN ZAT AKTIF
No.
Parameter
Pengamatan
1.
Zat aktif
Gentamisin sulfat
Sumber FI edisi 3 hlm.266:
Garam sulfat zat antimikroba yang dihasilkan oleh Micromonospora purpurea. Potensi tiap mg setara dengan tidak kurang dari 590 ug gentamisin, dihitung sebagai zat anhidrat.
Sumber Martindale edisi 28 hlm.1166:
Gentamisin sulfat mengandung 31 – 34% sulfat dan tidak kurang dari 590 unit gentamisin per mg; 80.000 unit gentamisin ekivalen dengan 80 mg gentamisin.
Sumber FI edisi 4 hlm.406:
Potensi setara dengan tidak kurang dari 590 μg per mg gentamisin, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
2.
Sifat organoleptis
- Bentuk
- Warna

Serbuk
Putih sampai kuning gading
3.
Golongan / kelas terapi
Anti infeksi / Aminoglikosida
4.
Sifat kelarutan
Sumber FI ed.3
- Dalam air
- Dalam etanol 95%, kloroform, dan eter
Sumber Martindale ed.28
- Dalam air
- Dalam etanol 95%, kloroform, dan eter


Mudah larut dalam air. (1 : 1 – 10)
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, dan eter


Larut dalam air. (1 : 10 – 30)
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, dan eter
5.
pH
- 4% larutan dalam air

3,5 – 5,5
6.
Sifat kestabilan
- Pemanasan


Tahan terhadap pemanasan, (dapat disterilisasi dengan autoklaf, tapi warnanya akan berubah jadi coklat dan dapat diatasi dengan penambahan Na metabisulfit.).
7.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat (kedap udara). Simpan pada temperatur tidak lebih dari 40 0C
8.
Indikasi
Sumber Farmakologi dan Terapi FKUI hlm.670:
Antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan secara topikal.
Sumber Tjay, 2002 hlm.74:
Antibiotik yang dapat mengatasi infeksi bakteri gram negatif,  Pseudomonas, Proteus, Serratia dan Staphylococcus yang resisten dengan penisilin.
9.
Waktu paruh
Sumber Tjay, 2002 hlm.74:
2 – 3 jam
10.
Bentuk sediaan
Salep
11.
Mekanisme kerja
Aminoglikosid seperti gentamicin mengikat 30s –subunit spesifik protein dan 16s rRNA secara irreversibel. Secara khusu gentamicin mengikat empat nukleotida 16s  rRNA dari sub--unit 30s. Wilayah ini berinteraksi dengan dengan basis goyangan dalam antikodon tRNA. Hal ini menyebabkan gangguan pada kompleks inisiasi. Salah membaca mRNA asam amino sehingga tidak benar dimasukkan kedalam polipeptida yang mengarah ke peptida non-fungsional atau beracun dan besifat bakterisid/membunuh.
12.
Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap gentamicin dan Aminoglikosid lain
13.
Penandaan pada etiket
Sumber B.P:
Tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah sediaan dibuka.



BAB III
BAHAN TAMBAHAN
3.1  Karakteristikzat
1.      Vaselinum album (FI. Edisi  III. Hal. 633)
Nama resmi          :VASELINUM ALBUM
Sinonim                : vaselinputih
Pemerian              : masa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap     setelah                                                 zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpadiaduk.
Kelarutan              : praktis tidak larutdalam air dandalametanol 95% P. larut                                                    dalam klorofom P. dalameter P. dalameterminyaktanah p.                                                    larutankadang-kadagberpotensi lemak.
Penyimpanan        : dalam wadah tertutup baik
Penggunaan          : zat tambahan (penambah volume sediaan)

2.      Vaselinum flavum(FI. III  Halaman 633)
Pemerian              :  Masa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning ; sifat ini                                  tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa                                             diaduk. Berfloursensi lemah, juga jika dicairkan ; tidak berbau ;                                            hamir tidak berasa.
Kelarutan             : Memenuhi syarat yang tertera pada Vaselinum  album.
Jarak lebur            :  Keasaaman-kebasaan ; Sisa pemijaran ; Zat organik asing                                      Memenuhi  syarat yang tertera pada Vaselinum album.
                             Serapan ultraviolet Serapan-1cm larutan 0,0 5 % b/v dalam                                                  trimetilpentana P  pada 290 nm, tidak lebih dari 0,75.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat                 : Zat tambahan.


3.      Aqua dest( FI III hal 96 )
Rumus molekul    : H2O
Pemerian              : Cairan jernih ,tidak berwarna , tidak berbau , dan tidak berasa .
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat                 : Zat tambahan atau pelarut

4.      Paraffin Liquidum(Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm. 445, FI IV hlm. 652)
Pemerian              : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak berfluoresensi, tidak                                 berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan             : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air.
                             Larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas              : Dapatteroksidasiolehpanasdancahaya.
Khasiat                 : Laksativ (pencahar)
OTT                      : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan        : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.

5.      Propilenglikol(FI edisi III, hal 534)
Pemerian              : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis.
Kelarutan             : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan                                            kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat dicampur                                            dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik.
Bobot jenis           : 1,035 dan 1,037



6.      Nipagin  (Hand Book O.P hal 442)
Pemerian              :serbuk hablur, putih, hamper tidak berbau, tidak mempunyai rasa,                                       kemudian agak membakar dan diikututi rasa tebal
Kelarutan             : larut dalam 20 bagian air mendidih, 3,5bagian ethanol 95%, 60                                          bagian gliserol panas
kegunaan              : sebagai pengawet ( anti jamur ) 0,02-0,3%

7.      Nipasol
Nama Lain            : Propyl Paraben
RumusMolekul     : C10H12O3
Pemerian              : Putih; kristal; tidak berbau; tidak berasa
Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam aseton dan eter; larut 1,1 bagian ethanol;                                  larut dalam 250 bagian gliserin; larut dalam 70 bagian minyak                                              mineral; larut dalam 3,9 bagian propilenglikol; larut dalam 4350                                         bagian air. 
Wadah                  : Dalam wadah tertutup rapat
Fungsi                  : Zat Pengawet

8.      Oleum Rosae
 Nama Lain              : Minyak mawar, Rose oil
 Nama Penggunaan  : Bahan pewangi
Pemerian                   : Cairan tidak berwarna atau berwarna kuning, bau aromatic seperti      bunga mawar, rasa khas. Padasuhu 25 kental, jika didinginkan perlahan – lahan berubah menjadi massa hablur, jika dipanaskan mudah melebur
 Penyimpanan             : Dalam wadah tertutup rapat



3.2  Alasanpemilihanbahan

a)      Methyl paraben dan propyl paraben
     Alasan dipilih nipagin dan nipasol karena methyl paraben dan propyhl paraben dapat         dilarutkan pada paraffin liquid dan propilenglikol.
b)     Propilenglikol
     Dipilih karena selain menjadi pengawet dapat digunakan sebagai pembasah dan     pelarut nipagin dan nipasol.
c)      Paraffinum liquid
     Alasan dipilih paraffin liquid karena paraffin cair berguna untuk memperbaiki        konsistensi basis sehinnga lebih lunak dan memudahkan penggunaan pada pasien      yang terinfeksi bakteri. Paraffin liquid pun merupakan kombinasi yang pas yang digunakan untuk vaselinum flavum.
d)     Vaselinum album danVaselinumflavum
     Alasan dipilih Vaseline album dan flavum adalah karena vaselinum album dan flavum       merupakan basis hidrokarbon yang bersifat kompatibel dengan banyak zat aktif,           mudah digunakan ,mudah disebar , mudah dibersihkan.
e)      Oleum rosae
     Digunakan karena merupakan pilihan aroma bagi salep yang dibuat. Dan merupakan          aroma yang sesuai berdasarkan ketersediaan oleum pada laboratorium.

BAB IV
PERHITUNGAN & ALASAN BOBOT TIAP KEMASAN
·         Dalam sekali pemakaian salep kurang lebih 200mg - 300mg.
·         Dalam sehari digunakan 3-4 kali ,jadi dalam sehari dibutuhkan :
200mg - 300mg x 3 = 600mg -  900mg
200mg – 300mg x 4 = 800mg – 1200mg
·         Jika pemakaian dalam 1 minggu dibutuhkan salep sebanyak :
600mg -1200mg x 7 hari = 4200mg – 8400mg
·         Dipilih penggunaan salep maksimal 4x seminggu dibuat salep dengan kemasan 8400mg=10 gr.




BAB V
SPESIFIKASI SEDIAAN
5.1  Bagan Alir

Nipagin , nipasol
 
Ditambahkan bahan pengawet
 
Di khawatirkan menjadi media yang baik bagi mikroba.
 
Sediaan yang dibuat tidak memiliki bau yang enak,maka ditambahkan corigen odoris
 
Gentamicin

Larut dalam air
 
Ph antara 3,5 dan 5,5
 
Sediaan mengandung berbagai bahan obat.
 
Oleum Rosae
Oleum lavender
Oleum  jarminum
 
 
  


b. SpesifikasiSediaanTerpilih

No
Jenis
Spesifikasiygdiinginkan
Alasan
1.
BentukSediaan
Salep
Karenamudah di formulasikan / di racik
2.
Kadar BahanAktiv
10 mg / 10 g
Berdasarkanperhitungan yang diinginkan
3.
PH Sediaan
Atara 3,5 – 5,5
Sediaanlebihstabil
4.
Viskositas
-
-
5.
Volume terkecil
10 gram
Sediaan yang banyakterdapatdipasaran

BAB VI
RANCANGAN FORMULA
A.    FORMULA
FORMULA I
KOMPONEN
FUNGSI
KADAR
DALAM 10GRAM
Gentamycin
Bahanaktif
10 %
10mg
Methyl paraben (nipagin)
Pengawet
0,12%
12mg
Paraffin liquid
Basis pelarut

1 gram
Vaselin album
Basis salep

Ad 10 gram
Olrosae
Aroma

qs

FORMULA II
KOMPONEN
FUNGSI
BOBOT
DALAM 10 GRAM
Gentamycin
Bahanaktif
 10 %
10 mg
Methyl paraben
Pengawet
0,12%
12 mg
Propilenglikol
Basis pelarut

1 gram
Vaselin album
Basis salep

Ad 10 gram
Ol. Rosae
Aroma

Qs
Nipasol
Pengawet

12 mg





FORMULA III
KOMPONEN
FUNGSI
BOBOT
DALAM 10 GRAM
Gentamycin
Bahanaktif
10 %
10000 UI
Nipasol
Pengawet
0,12%
12mg
Vaselinflavum
Basis salep

Ad 10 gram
Ol.rosae
Aroma

Qs
Aquades
Pelarutzataktif

Qs

B.     PERHITUNGAN BAHAN
FORMULA I
gentamycinsulfat : 0,1% = 10 gram
     x 10 gram = 0,01gram = 10mg
Methyl paraben  : 0,12%
     x10=0,012 gram =12mg
Paraffin liquid : 1 gram
Vaselinalbum :10 gram – (0,01+0,012+1)
     =10 gram-1,022
     =8,9 gram
Olrosae :qs
FORMULA II
gentamycinsulfat : 0,1% = 10 gram
     x 10 gram = 0,01gram = 10mg
Methyl paraben  : 0,12%
     x10=0,012 gram =12mg
Propilenglikol  : 1 gram
Vaselinalbum :  10 gram – (0,01+0,012+1)
                 =10 gram-1,022
                 =8,9 gram
Olrosae :qs
Nipasol : 0,12 %
     x10=0,012 gram =12mg
FORMULA III
gentamycinsulfat : 0,1% = 10 gram
     x 10 gram = 0,01gram = 10mg
Nipasol :  0,12 %
     x10=0,012 gram =12mg
Vaselinflavum : 10 gram – (0,01+0,012)
                 10 gram- 0,022=9,9 gram

C. METODE
6.1 Alat dan bahan
Alat
       Lumpang & alu
       1 set alat spirtus
       Pipet
       Kaca arloji
       Cawan
       Timbangan digital

Bahan

       Gentamycin serbuk
       Nipagin
       Parafin liquid
       Vaselin album / Vaselin Flavum
       Oleum Rosae
       Propilenglikol

6.2 Skema cara pembuatan formula

Resep  I
 














Formula  II
Gentamycin
 
½ Propilenglikol
 
Nipagin+nipasol
 
½ Propilenglikol

 
Ad Homogen
 
Ad Homogen
 
Ad Homogen
 
Vaselin Album
 
Ol.Rosae
 
Ad Homogen
 










                                                                                                    
Metode III
Gentamycin
 
Aqua Dest
 
Nipasol
 
Vaselin Flavum
 
Ad Homogen
 
Ad Homogen
 
Ad Homogen
 
Ol.Rosae
 
Ad Homogen
 























BAB VII
HASIL
A.    FORMULA YANG TERPILIH ( Formula I )

Komponen
Fungsi
Bobot
Dalam 10gr
Gentamycin sulfat
Methyl paraben (nipagin)
Paraffin liquidum
Vaselin album
Ol. rosae
Bahanaktif
Pengawet
Basis , pelarut
Basis
Aroma
10gram
10mg
12mg
1gram
Ad 10gram
Qs



B.     ALASAN FORMULA YANG TERPILIH

1.      Bahan aktif
Gentamycin Sulfat karena cocok digunakan sebagai sediaan topical untuk mengobati penyakit kulit akibat infeksi oleh bakteri yang peka terhadap antibiotic ini. Gentamycin sulfat termasuk antibiotic golongan aminoglikosida yang digunakan untuk mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri gram negative ( pseudomas ) dan gram positif ( staphylococcus ), infeksikulit, infeksi jaringan lunak.
2.      Pengawet
Methyl Paraben( Nipagin ) karena methyl paraben dapat dilarutkan pada paraffin liquidum yang merupakan basis dan pelarut yang kompotitel.
3.      Basis, Pelarut
Paraffin Liquidum karena cocok untukdi jadikan basis salep berguna untuk memperbaiki konsisten basis sehingga lebih lunak dan memudahkan penggunaan pada pasien/pengguna yang terinfeksi bakteri, paraffin liquidum pun merupakan kombinasi yang cocok yang digunakan untuk vaselin album.
4.      Basis
Vaselin Album karena basis vaselin album merupakan basis hidrokarbon yang bersifat kompalibel dengan banyak zat aktif, mudah digunakan, mudah disebar, dan mudah pula dibersihkan.
5.      Aroma
Oleum Rosae karena dalam sediaan salep ini agar mendapatkan sensasi aroma yang nyaman untuk digunakan oleh pasien/pengguna oleh aroma oleum rosae ini.

C.    CARA PEMBUATAN FORMULA YANG TERPILIH
 













BAB VIII
EVALUASI
End Process Control
A.    OrganoleptisPemeriksaan
Organoleptis meliputi pemeriksaan konsistensi, bau, warna, dan homogenitas dari sediaan. Dilakukan pengamatan terhadap konsistensi dan warna saleps ecara visual, serta di identifikasi bau dari masing-masing salep.

Hasilpercobaan
Pengujiaan
Formula 1
Formula 2
Formula 3
warna
Putih
Putih
putih
Bau
Khasrosae
Khasrosae
Khasrosae
Bentuk
Semi padat
Semi padat
Semi padat

B.     Homogenitassalep
Diperiksa dengan cara mengoleskan salep pada sekeping kaca, kemudian dilakukan pengamatan secara visual terhadap adanya bagian-bagian yang tidak tercampurkan,
Salep dinyatakan homogeny apabila pada pengamatan menggunakan visual tampak rata dan tidak menggumpal .

Hasil percobaan adalah:
Formula 1
***
Formula 2
**
Formula 3
***

Keterangan :
Ø  ***      : Homogen ++
Ø  **        : Homogen +
Kesimpulan dari hasil percobaan adalah formula 1 dan 3 homogensedangkan formula 2 tidak


C.    Daya sebar Salep
ditimbang sebanyak 500 mg kemudian diletakkan di tengah-tengah cawan petri yang berada dalam posisi terbalik. Diletakkan cawan petri yang lain di atas salep sebagai beban awal dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter salep yang menyebar diukur. Dilakukan penambahan beban sebesar 1,0 gram dan dicatat diameter salep yang menyebar setelah 1 menit sampai beban tambahan 20,0 gram.
            Hasil percobaan :

BEBAN
FORMULA 1
FORMULA 2
FORMULA 3
0 gram
1.5 cm
1.5 cm
1.3 cm
1.0 gram
1.6 cm
1.6 cm
1.8 cm
2.0 gram
1.8 cm
1.7 cm
1.9 cm
10.0 gram
2.0 cm
2.0 cm
2.3 cm
20.0 gram
2.2 cm
2.2 cm
2.5 cm





 


























D.    Uji PH
Untukmengukurphdigunakankertasph indicator langsungpadasediaan
Tahapanpengujian :
-          Larukansejumlahsalepdgnaquadest
-          Celupkankertas universal
-          Amati perubahanpadakertas universal, cocokkandenganstandart
-          Phsediaansalep yang kami buatmemilikiph (4±0.5)
Hasil percobaan :
Formula
pH
1
5
2
5
3
5

E.     Stabilitas suhu
1.      Simpan salep pada suhu kamar ,
2.      Melakukan pengamatan secara organoleptis, homogenitas, fisik serta perubahan fisik selama penyimpanan,
3.      Melakukan pengamatan pada minggu ke- 1,2,3
4.      Spesifikasi sediaan adalah stabil dalam berbagai suhu tanpa ada perubahan organoleptis, ph, dan homogenitas

Hasil pengujian :
·         Uji organoleptis
Pengujiaan
Formula 1
Formula 2
Formula 3
warna
Putih
Kuning pucat
Putih
Bau
Aroma rosae
Aroma rosae
Aroma rosae
Bentuk
Salep
Salep
salep

·         homogenitas
Formula 1
Homogen
Formula 2
Homogen
Formula 3
Homogen




·         pH
Formula
Ph
1
5
2
5
3
5


BAB IX
PEMBAHASAN

Praktikum semi solid yang kami lakukan kali ini adalah membuat salep gentamicin , dengann zat tambahan vaselin, ol. Rosae, niagin, nipasol, dengan zat aktif gentamicin.
Evaluasi terhadap sifar fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan. Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain yaitu uji daya sebar, uji organoleptis, uji pH dan uji daya lekat.
Pengamatan organoleptis dari sediaan dilakukan dengan mengamati bentuk warna, bau dan tekstur sediaan. Dari masing-masing formula memiliki sifat organoleptis yang layak.
Pemeriksaan homogentas dilakukan dengan kaca objek. Pengujian dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah salep pada permukaan objek glass kemudian ditutup dengan glass lain. Suatu sediaan harus menunjukan susunan yang homogen dan tidak terlihat butiran kasar. Masing-masing formula memiliki homogenitas yang baik.
Uji daya sebar pada salep dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit., dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar yang cukup baik.
Pengujisn sifat fisik selanjutnya adalah pengujian pH. Pegujian pH dilakukan untuk melihat pH salep apakah berada rentang pH noral kulit yaitu 4,5 – 7. Jika pH terlalu basa dapat mengaibatkan kulit kering. Sedangkan jika pH terlalu asam akan menyebabkan kulit iritasi. Dalam praktikum alat bantu yang di gunakan adalah pH indikator sehingga kesimpulan yang di ambil bahwa sediaan salep yang kita buat memiliki pH 5 maka sesuai dengan pH dai zat aktif sehingga dapat di gunakan karena sesuai dengan pH kulit.
Namun pada evaluasi stabilitas di pilihlah formula 1 karena sifat dari salep tersebut stabil, tidak merubah bentuk aslinya. Tetapi pada formula 2 dan 3 memiliki sifat tidak stabil, menghasilkan minyak pada sediaan. Sehingga tidak memenuhi persyaratan.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., (1994). Farmasetika. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Ansel, H.C. (2008). Pengantarbentuksediaanfarmasi. (Edisi IV). Penerjemah: Paridaibrahim. Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia (UI-Press).
Aremu, O.I., &Oduyela, O.O. (2015). Evaluation of Metronidazole suspensions. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 9 (12), 439-450.
DepartemenKesehatanRepublik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. (Edisi IV). Jakarta: DepartemenKesehatanRepublik Indonesia
Martindale , edisi 6

   FARMICIN
    (Gentamicin Sulfate)

Komposisi :
Tiap gram salep mengandung :
Gentamicin Sulfate............................................................1mg

Farmakologi :
Gentamicin sulfate merupakan antibiotik aminoglikosida yang mempunyai aktivitas bakterisida terutama untuk hasil aeroik gram negatif yang peka, gram positif yang peka hanya stapylococcus aereus
Gentamicin sulfate salep lemak digunakan untuk pengobatan infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri tetapi tidak efektif melawan infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur atau virus

Indikasi :
Pengobatan topikal pada infeksi primer dan sekunder yang disebabkan oleh bakteri

Dosis :
Dewasa, anak-anak dan usia lanjut :oleskan salep tipis-tipis pada daerah infeksi 3 -4 kali sehari
Daerah infeksi dapat ditutupi dengan kain kasa
Lapisan kulit yang kering harus di hilangkan terlebih dahulu
Kombinasi dengan kortikosteroid membantu mengontrol inflamasi

Kontraindikasi :
-          Pada pasien yang hioersensitiv terhadap salah satu bahan yang terkandung, termasuk aminoglikosida
-          Infeksi virus dan jamur

Efek Samping :
Penggunaan topikal Gentamisin dapat menyebabkan iritasi ringan, eritema, pruritus, dan sensitisasi

Perhatian dan peringatan :
-          Hentikan pengobatan jika timbul sensitisasi atau iritasi
-          Jika terjadi pertumbuhan organisme tidak rentan yang berlebihan, hentikan segera pengobatan dan lakukan terapi baru
-          Dapat terjadi alergi silang dengan aminoglikosida
-          Tidak dapat digunakan untuk mata
-          Jangan gunakan alam banyak dan dalam jangka waktu yang panjang untuk wanita hamil dan menyusui
-           
Kemasan :
Tube 10gram
Penyimpanan :
Simpan pada temperatur kamar (di bawah 30oC)
Simpan pada wadah tertutup rapat

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


Diproduksi Oleh :
PT. STTIF pharmaceuticals
Bogor  - Indonesia